Berita  

Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah: Banyak Bukti Pejuang Gayo Kalahkan Belanda

Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah: Banyak Bukti Pejuang Gayo Kalahkan Belanda

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

sdhortsoc.org, JAKARTA – Guru Besar Sejarah  UIN Syarif Hidayatullah, Prof Dien Madjid, mengungkapkan banyak bukti sepak terjang orang Gayo unggul melawan Belanda, di antaranya pejuang Gayo dapat mengalahkan tentara Belanda di bawah pimpinan Colijn pada peristiwa di Bur Intim Intim.

Kekalahan itu, sambung Prof. Dien Madjid, dilaporkan ke pejabat tinggi di Den Haag. Akibatnya,  muncul amarah dan ingin membalas kekalahan tersebut dengan menugaskan van Daalen membumi hanguskan Gayo. “Rute yang ditempuh Van Daleen saat menyerbu Gayo-Alas tidak seperti Colijn, sehingga banyak yang mati karena kedinginan  curamnya tebing, bahkan kelaparan sampai harus makan daging ular sanca, banyak berguguran. Siapa saja yang gugur itu perlu penelitian di Belanda, di antaranya di Breda,” kata Prof Dien Madjid.

Prof. Dr. M. Dien Madjid, Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menyampaikan itu dalam Bincang Sejarah “118 Tahun Pembataian Rakyat Gayo-Alas Oleh Belanda (1904-2022)” Pusat Kajian Kebudayaan Gayo yang dimoderatori Yusradi Usman al-Gayoni melalui Zoom Meeting, Kamis (12/5/2022).

Ia kemudian mengajak untuk melihat peristiwa sejarah perang Belanda tidak sebatas dari sudut pandang Netherlandscentris, tetapi juga patut dilakukan dengan cara pandang Indocentris. 

“Banyak bukti sepak terjang orang Gayo melawan Belanda, di antaranya pejuang Gayo dapat mengalahkan tentara Belanda di bawah pimpinan Colijn,” ulangnya.

Disebutkan, perang Gayo melawan Belanda jangan dilihat sebelah mata, dan  tidak hanya mengedepankan  pembantaian van Daalen terhadap rakyat Gayo. 

Dilanjutkannya, bukti lain kehebatan pejuang Gayo, memiliki strategi bertempur, memanfaatkan kondisi lapangan yang penuh dengan batang kayu yang sudah rebah, dimanfaatkan tempat bersembunyi. “Saat tentara Belanda  lewat, segera ditebas dengan pedang terhunus, jatuh satu per satu. Senjata air cabe pun tidak kalah pentingnya. Dengan semangat berani mati, air cabe itu disiramkan ke muka orang Belanda itu hingga matanya tidak dapat melihat,” sebut Prof. Dien.

Kehebatan orang Gayo menguasai taktik perang, ungkap Prof. Dien, sempat tokoh pejuang Rondahaim dari Kabupaten Simalungun meminta para jawara Gayo sekitar 20 orang datang ke Simalungun untuk melatih tentara pejuang Simalungun dalam menghadang Belanda agar tidak masuk ke jantung Kota Simalungun.

“Akhirnya, Belanda tidak berhasil menduduki Simalungun, kecuali setelah Rondahaim menghembuskan nafas terakhir. Itu secercah kehebatan pejuang Gayo. Masih perlu penelitian lebih mendalam,” sebut Prof. Dien.

Menanggapi perang Gayo melawan Belanda dengan cara pandang Indocentris, Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, Yusradi Usman al-Gayoni, menyebutkan, akan membuat diskusi terkait.

“Informasi ini penting diketahui masyarakat luas. Juga, menguatkan data-data perjuangan orang Gayo, baik di Gayo, di pesisir Aceh, maupun di luar Aceh, sekaligus jadi kebanggaan bagi orang Gayo dalam berjuang melawan penjajah dan dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tegasnya.(*)

Baca juga: Rintihan Keluarga Korban Pelecehan Seksual di Aceh Tengah: Kami Minta Keadilan



#Guru #Besar #Sejarah #UIN #Syarif #Hidayatullah #Banyak #Bukti #Pejuang #Gayo #Kalahkan #Belanda

Sumber : aceh.tribunnews.com